Wajah Yang Kelam


Jika kita terpanggil
Dalam barisan yang sama,pengadilan yang sama dan hakim yang sama
Jika kita kembali bangkit
Dalam tubuh telanjang,roh roh telanjang dan kita kitalah yang telanjang
Jika kepakan sayap malaikat menghardik para pendosa
Maka kepakan kertas amal kita lebih sakit dari yang kita duga
Dan pada hari itu wajah wajah kelam tunduk terhina
Wajah wajah itu wajah yang kita kenal
Wajah para penipu
Wajah para pecundang
Wajah para pejina
Wajah penghianat
Wajar fakir miskin yang congkak
Wajah para pemuja harta
Atau wajah si kaya yang bakhil
Yang mengira hartanya dapat melindunginya
Wajah para pemuja syahwat
Ketika mereka meragukan hari kebangkitan
Atau berpura pura melupakan hari kebangkitan
Maka merekalah wajah wajah kelam itu
Wajah durhaka yang siap menjadi bahan bakar di neraka Tuhan.



KOMA Sebentuk koma melengkung mengatur nafas kita sementara kita pun memicing mata mengeja aksara tentang kuasa-Nya yang tak bertitik SELAMAT MALAM [Coba begitu kau ucapkan] Bulan manis maukah engkau masuki gulita malamku menjenguk sepiku menengok mimpiku dan coba ucapkan 'selamat malam' lewat sinar emasmu, suci maka kita pun akan berenung tentang hidup NING-NANG-NING-GUNG Kupeluk sebuah bayangan ning.. nang... ning... gung... hari semakin dingin tak ada yang berisik seperti kemarin bulan dan bintang sepakat berpeluk sepi dan sunyi ning.. nang... ning... gung... lonceng menggema dalam mimpiku dan mimpimu menyatu dalam persetubuhan ragawi BIARIN Batas kata menebas jiwa sepi menjadi lagu menebas bisu Biarkan jiwa menerkam, biarin Biarkan sayang menimang, biarin Biarkan cinta memuja, biarin Biarkan Batas kata melumat jiwa menjadi cinta Biarin... BELAJAR MEMBACA Be-u... bu De-a-ka... dak Budak [manusia dibudak kata] Ka-a... ka Te-a... ta [kata membudak jiwa] Kataku, jiwamu Katamu, jiwaku Jiwamu, jiwaku Jiwaku, jiwamu belajar tentang kata-kata mengeja rahasia-Nya DI ANTARA JARAK Aku simpan sepi berlapis jarak tanpa sapa aku simpan sunyi berlapis musim menyapa doa Doaku doamu menyatu aku simpan dalam dada berlapis tanya :adakah Tuhan paham maksudku? Maka kita pun punya kata :Tuhan punya segala SAJAK BUKU HARIAN Hatiku pasi, ya Rabbi pucat entah bagaimana warnanya kuserahkan sisa potongan musim silam sementara aku belum paham siapa saja yang akan lagi menyayat nafasku menggali riwayatku menganiaya buku harianku membantai sejarahku mengoyak luka lamaku Riwayat kukebumikan rapat di pusara waktu sementara aku belum paham ketika Engkau memucatkan jiwaku menambah catatan buku harianku sebelum kutumpuk menjadi monumen abadi PUISI PERJALANAN LAMA Memeras luka dari jiwa keluar sejarahku lama menyiksa [dosaku ada dalam sejarah dan perjalananku, telah kupendam, jangan kau gali] SAJAK ULANG TAHUN Kubujuk usiaku sebelum usai bulan November "Tidakkah engkau sabar
menunggu barang sedetik
sebelum kuusaikan doa singkatku?" "Tuhan," kataku lirih "Gemetar tubuhku berdebar bersama jantungku. Oh, aku masih hidup, ternyata!" Hari-hari melangkahi usia memburu imanku mengejar hari esokku Di mana kini aku berada? Kutercenung sejenak membayangkan sebuah hari ketika malaikat memberi sapa "Man robbuka?" [Siapa Tuhanmu?] "Man dimuka?" [Apa agamamu?] "Man qiblatuka?" [Ke mana kiblatmu?] maka gemetar ruhku "Siapa Tuhanku? Ya, ya Allah Tuhanku!" "Agamaku? Islam, agamaku!" "Kiblatku? Ya, ya, ke mana kiblatku, ya Tuhanku?" maka aku pun mesti istirah sebelum siksamu menimpa ruh dan jasadku Tik... tak... tik... tak... Kubujuk usiaku "Tidakkah engkau sabar menunggu barang sedetik sebelum kuusaikan doa singkatku?" Tik... tak... tik... tak... hari-hari pun terhimpun detik demi detik Hanya sekelumit yang bisa kunikmati Waktu pun tersia-sia menjadi masa lampau Tik... tak... tik... tak.. Waktu mengingatkan Bahwa usia tak bisa dibujuk Merangkaki lingkaran waktu Membelah tiga dimensi Dulu, kini, dan esok Menuju hari abad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar